Rabu, 26 September 2012

pengertian dan contoh macam-macam pantun

 
Pantun adalah puisi lama yang disenandungkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan. Namun, sekarang dijumpai juga pantun tertulis. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran. Bahkan sampai sekarang masih dinyanyikan, seperti dalam acara perkawinan di Betawi. Dalam kesusastraan Indonesia, pantun kali pertama muncul dalam "Sejarah Melayu" dan hikayat-hikayat popular yang sezaman. Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk , di Banjarmasin tirik dan ahui, gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang.
Bentuk lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan bersajak ab-ab. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a - b - a - b. Jika kamu ingin menulis sebuah pantun dengan baik, hendaknya memerhatikan syarat-syarat berikut:
a. Satu bait terdiri atas empat baris.
b. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan bait ketiga dan keempat merupakan isi.
c. Setiap baris terdiri atas 8 - 12 suku kata.
d. Rima akhir berpola a b a b.

Perhatikan rima akhir contoh pantun di bawah ini:


Asam pauh dari seberang (a)
Dimuat di dalam peti (b)
Badan jauh di rantau orang (a)
Kalau sakit siapa mengobati (b)

Dua hal tersebut merupakan ciri-ciri pantun. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali tentang alam (flora dan fauna), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud. Dua baris terakhir merupakan isi, sebagai tujuan dari pantun tersebut. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakansastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi terkadang bentuk sampiran membayangkan isi, misalnya:

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Menulis pantun tidak sesulit yang kamu kira. Kamu tinggal memotong perkataanmu menjadi dua bagian. Setelah itu, carilah perkataan yang panjangnya kurang lebih sama, seperti contoh: kamu sedang menunggu ibu pulang dari pasar. Begitu melihat ibu datang, hatimu menjadi senang. Kamu ungkapkan perasaan hati itu dalam perkataan, ”Tidak terkata besar hati melihat ibu sudah datang. Nah, potonglah perkataan tersebut menjadi dua bagian seperti:
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang 
…..
Selanjutnya, carilah perkataan yang akan dijadikan sampiran. Ingat, panjang sampiran kuranglebih sama dengan baris isi yang persajakannya akan dibuat sama.

Jenis-jenis Pantun:

*Pantun anak:
Enak nian buah belimbing
Mencari ke pulau sebrang
Main bola ada pembimbing
Binatang apa berhidung panjang?

*Pantun jenaka:
Orang mudik bawa barang
Pakai kain jatuh terguling
Kamu senang dilirik orang 
Setelah sadar ternyata juling

Indah nian sinar mentari
Purnama datang tak berbelah
Melihat orang malas berlari
Ternyata sandal tinggi sebelah

*Pantun sukacita:
Gurih nian ikan gurami
Tambah nikmat dengan kacang
Alangkah senang hati kami
Panen raya telah datang 

*Pantun kiasan:
Luas nian samudra raya
Pagi-pagi nelayan melaut
Tak berguna memberi si kaya
Bagai menebar garam di laut 

*Pantun nasihat:
Jalan-jalan ke Semarang
Bawa bandeng tanpa duri
Belajar mulai sekarang
Untuk hidup kemudian hari

*Pantun dukacita:
Beras miskin disebut raskin
Yang mendapat tak semua
Aku ini anak miskin
Harta benda tak kupunya

*Pantun budi pekerti:
Siapa yang tak simpatik
Melihat bunga dahlia
Kulit putih berwajah cantik
Sudah ayu berhati mulia

*Pantun agama:
Minum susu di pagi hari
Tambah nikmat tambah cokelat
Pandai-pandai membawa diri
Siapa tahu kiamat sudah dekat

4 komentar: