Selasa, 09 Oktober 2012

Peran, struktur, dan beberapa bentuk-bentuk pantun



Dibandingkan bentuk puisi lainnya pantun tergolong paling populer dan tak lekang oleh waktu. Hingga kini, kita masih sering melihat orang bertutur pantun pada beberapa acara seperti: acara tradisional, upacara, perkawinan adat dan sebagainya. Selain itu, penyampaiannya pun banyak dimodifikasi. Meskipun awalnya ini merupakan tradisi lisan, kini banyak pula terdapat dalam bentuk tulisan, bahkan tak jarang disenandungkan.
Peran pantun adalah sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun  biasanya dihargai. Pantun menujukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampuran dengan bahasa-bahasa lain. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Struktur  pantun, beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku. Aturan yang sering digunakan yaitu pantun yang terdiri atas empat larik atau empat baris. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a-b-a-b.

Ada beberapa bentuk-bentuk lain dari pantun:

  • Karmina (pantun kilat).

Disebut pantun kilat  karena hanya terdiri 2 baris bersajak a-a. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi.
Contohnya :     Dahulu parang sekarang besi
                                    Dahulu sayang sekarang benci


  • Talibun

Pantun ini terdiri atas lebih dari empat baris, mulai dari enam , delapan, bahkan dua puluh  baris –selalu genap. Sajaknya  ABC-ABC, ABCD-ABCD, dan seterusnya.
Contohnya :     Permata jatuh kerumput (A)
                       Jatuh  kerumput gilang-gilang (B)
                        Ditempuh  dilanda jangan (C)
                       Rumput sarat sela-bersela(D)



  • Seloka (pantun berkait)

Pantun yang terdiri atas beberapa bait ini sambung–menyambung jika dilisankan, bersahut–sahutan. Keterkaitannya terletak pada kalimat tertentu yang diulang dari bait-bait sebelummnya .
Contohnya:      Ditangkap dengan ujung kain (A)
                        Tertangkap anak teri (B)
                        Jika tuan berniat kawin (A)
                       Kami bersedia  menjadi istri (B)

          Karmina dan talibun  merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun “versi pendek “ (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah “versi panjang “ (enam baris atau lebih).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar