Dibandingkan bentuk puisi lainnya pantun tergolong paling populer dan
tak lekang oleh waktu. Hingga kini, kita masih sering melihat orang bertutur pantun
pada beberapa acara seperti: acara tradisional, upacara, perkawinan adat dan
sebagainya. Selain
itu, penyampaiannya pun banyak dimodifikasi. Meskipun awalnya ini merupakan
tradisi lisan, kini banyak pula terdapat dalam bentuk tulisan, bahkan tak
jarang disenandungkan.
Peran
pantun adalah sebagai alat pemelihara bahasa,
pantun berperan sebagai penjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang
berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir
asosiatif, bahwa
suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun
memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda
sekarang, kemampuan berpantun biasanya
dihargai. Pantun menujukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main
dengan kata. Seringkali bercampuran dengan bahasa-bahasa lain. Namun demikian, secara
umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Struktur pantun, beberapa
sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya.
Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata.
Namun aturan ini tak selalu berlaku. Aturan yang sering digunakan yaitu pantun yang terdiri
atas empat larik atau empat baris. Salah satu
keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a-b-a-b.
Ada beberapa bentuk-bentuk lain dari pantun:
- Karmina (pantun kilat).
Disebut pantun kilat karena hanya terdiri 2 baris bersajak a-a. Baris pertama merupakan sampiran
dan baris kedua merupakan isi.
Contohnya : Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
- Talibun
Pantun ini terdiri atas lebih
dari empat baris, mulai dari enam , delapan, bahkan dua puluh baris –selalu genap. Sajaknya ABC-ABC, ABCD-ABCD, dan seterusnya.
Contohnya : Permata jatuh kerumput (A)
Jatuh kerumput gilang-gilang (B)
Ditempuh dilanda jangan (C)
Rumput
sarat sela-bersela(D)
- Seloka (pantun berkait)
Pantun yang terdiri atas beberapa
bait ini sambung–menyambung jika
dilisankan, bersahut–sahutan. Keterkaitannya terletak
pada kalimat tertentu yang diulang dari bait-bait sebelummnya .
Contohnya: Ditangkap dengan ujung kain (A)
Tertangkap
anak teri (B)
Jika
tuan berniat kawin (A)
Kami
bersedia menjadi istri (B)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar